Untukmu yang selalu kusebut dalam do'a

       Yang selalu ada dalam ingatan

       Yang selalu terpatri dalam rasa.

       Ayah...

Hai Ayah,
Lelaki nomor satu yang menjadi sosok utama dan pertama yang kucintai dalam hidup.
Kau memang tak selalu ada disisi, tapi hati dan kasihmu selalu terasa kapanpun dan dimanapun aku berada.

Hai Ayah,
Aku merindu sosokmu
Maafkan aku jarang menghubungi
Bukan karena tak ada waktu, tapi aku takut mengganggu waktumu.

Hai Ayah,
Apakah Ayah sudah makan?
Apakah Ayah tidur nyenyak hari ini?
Maafkan aku belum banyak peduli.

Hai Ayah,
Maafkan aku anak kecilmu yang selalu cengeng ketika ingat tentangmu.
Teringat jelas saat ku kecil kita selalu bersama
Kau yang tak pernah jauh bahkan berjarak dariku
Menemani dan memberi setiap cinta kapanpun dan sebanyak apapun aku butuh.

Sedikit memori tentang kita tapi cukup jelas dan sangat bermakna.

Kadang lirih hati ini tidak bisa melewatkan masa mudaku untuk bercerita banyak dan menghabiskan waktu denganmu.
Sebenarnya aku ingin banyak berdebat denganmu, tentang Ibu, tentang urusan sekolah, dan tentang masa depanku.
Sesekali rasa iri muncul ketika melihat remaja lain bertumbuh dengan ayahnya,

Akupun tahu dan sangat paham kaupun begitu kan Ayah, merindukan sosok kecil yang dahulu sangat kau cintai.
Tapi kita masih belum banyak waktu ya Ayah.

Yang paling kurindu momen bersamamu adalah saat mati lampu,
saat itu adalah saat dimana aku merasa sangat dekat denganmu diantara pekatnya malam dan cahaya lilin temaram.
Tapi tak apa Ayah, sampai detik ini rasa sayangku tak pernah padam walaupun tak sering ku ungkap.

Aku belajar banyak atas hadir dan ketiadaan dirimu
Jarak dan situasi yang kita alami ini harusnya bukan pembatas
Bukan penghalang untuk kita menjadi tetap dekat
Aku tetaplah aku, anak kecilmu yang dulu selalu merengek ingin dimanja
Dan kau tetaplah ayahku yang selalu berupaya memberikan banyak bahagia diantara pahit hidup yang engkau jalani.

Terima kasih, Ayah.
Dariku yang selalu rindu & sayang Ayah.